Clock By Blog Tips

Monday, November 8, 2010

Waspadalah..Jembatan Penyeberangan Kini Jadi Sarang Penjahat

 JAKARTA  – Banyak jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jakarta berubah fungsi. Fasilitas umum yang seharusnya buat  pejalan kaki untuk menyeberang jalan, tidak hanya digunakan pengemis mengais rejeki atau pedagang mencari untung, tapi  sarang tindak kriminalitas.
Dari penelusuran Pos Kota, beberapa  JPO rawan kejahatan. Di antaranya JPO Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakpus, yang menghubungkan Kampus Atmajaya, Setiabudi, Jaksel. “Korbannya orang kantoran dan mahasiswa. Tapi pelakunya  tak satu pun yang berhasil ditangkap polisi,” kata Apin,52, pengojek yang sudah 30 tahun mangkal di kawasan itu.
Penjahat di JPO ini umumnya pencopet. Mereka berkelompok, antara empat sampai enam orang dengan modus ‘lempar bola’ yakni barang yang dicopet dioper ke teman lainnya yang menyebar di sekitar lokasi. Jam rawan sekitar pukul 07:00-08:00 saat jam sibuk karyawan berangkat kerja, dan selepas Magrib saat pulang kerja. “Kalau dulu sehari bisa enam orang kecopetan, tapi belakangan ini sejak jadi jembatan busway agak berkurang karena sering ada polisi atau petugas dari Transjakarta.”
Tak kalah seram dibanding yang di Bendungan Hilir,  JPO di kawasan Jalan Gajah Mada, depan Gajah Mada Plaza, dan JPO Mangga Besar juga rawan penjahat terutama malam hari. Bahkan, di JPO depan Wisma Baja, Setiabudi, Jaksel, Rabu (23/2) malam aksi penjahat menelan korban. Armianti, Editor Trans 7, ditusuk bandit ketika berjalan di JPO tersebut.
PENGEMIS & PEDAGANG
JPO yang sebenarnya hak pejalan kaki tak hanya dimanfaatkan penjahat, tapi juga pedagang dan pengemis. Penyalahgunaan ini terkesan dibenarkan aparat karena sudah berlangsung lama. ”Saya berdagang di sini sudah lima tahun, selain banyak pembeli dan aman tidak ada razia,” kata Ido, pedagang di JPO di wilayah Jakarta Barat, kemarin.
Di Jakbar, penyalahgunaan JPO paling mencolok di  Jl S.Parman Slipi dari depan Pos Polisi dekat Citraland menghubungkan eks Kantor Lama Walikota atau Universitas Tarumanagara.
Berbagai ragam jenis usaha dagangan seperti alat tulis, asesoris dan makanan proses. Sasaran pedagang sini terutama para mahasiswa yang banyak menggunakan JPO ini. Pengemis juga berderet tidak hanya di badan jembatan, tapi juga ada di antara anak tangga.
Hal serupa terlihat di JPO Jatinegara, Jaktim, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Stanplas Bogor. Pedagang dan pengemis berjejer dari pagi sampai sore hari, padahal petugas sudah melarang dan sering menggelar razia. Tapi, mereka tetap melakukan kegiatannya saat petugas tak menyatroni tempat itu.
Maraknya lapak pedagang di JPO dari terminal Bus Blok M ke arah  Blok M Plaza, Jl. Sisingamangaraja, dikeluhkan warga dan calon pengunjung.  ”Keberadaan lapak atau pedagang Kaki-5 di jembatan penyeberangan  jelas sangat mengganggu,” kata Usman, warga Kebayoran Baru, Jaksel.
Lapak pedagang di badan JPO yang hanya memiliki lebar 2 meter sangat mengganggu lalu lalang warga atau calon penumpang yang ingin menyeberang. Padahal di jalan itu setiap hari padat lalulintas. “Penertiban harusnya setiap saat karena JPO untuk penyebrang jalan, bukan untuk pedagang.”
Nurmanto, warga Cilandak, berharap JPO di depan SD N 01 dan 02 Cilandak bisa dimanfaatkan maksimal karena dipagar kawat berduri. “Memang lahan yang ada di sekitar JPO tersebut merupakan lahan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) tapi hendaknya bisa dipergunakan secara maksimal,” ujarnya.
Pemandangan serupa terlihat di wilayah Jakpus seperti JPO depan Polda Metro Jaya, JPO Harmoni dan JPO Pasar Senen yang menghubungkan Pasar Senen ke Atrium. Fasilitas umum tersebut mulai siang hari dipenuhi pedagang Kaki-5 dan pengemis. Akibatnya warga yang memanfaatkan JPO terganggu dan mengalah.
JPO kerap menjadi sasaran aksi kejahatan. Pasalnya, selain suasana sepi, apalagi malam hari tidak ada lampu penerangan jalan umum, penjahat mengincar para korbannya. Begitu juga dengan banyaknya pedagang dan pengemis, itu yang membuat orang lebih memilih menyebrang jalan melewati jalan biasa –meski melanggar- ketimbang lewat JPO.
‘Penyerobotan’ JPO oleh penjahat, pedagang dan pengemis bukan tidak adanya tindakan aparat. Menurut Kepala Satpol PP Jakpus, H.Idris Priyatna, pihaknya berkali-kali menertibkan, bahkan pagi hari saat dijaga petugas tidak ada pedagang. Namun, begitu petugas lengah, tidak ada di lokasi,  pedagang dan pengemis, ramai lagi

postkota.co.id

No comments:

Post a Comment

Belajar Al-Qur'an Online

Murottal Al-Qur'an

Listen to Quran