Clock By Blog Tips

Thursday, September 22, 2011

Waspadalah.....Jarak Cuci Darah 2 Hari Kosong Bisa Berisiko Komplikasi

(Foto: thinkstock)

Penderita gangguan ginjal kronis biasanya harus melakukan dialisis (cuci darah) secara rutin 3 kali seminggu dengan jadwal Senin, Rabu, Jumat atau Selasa, Kamis, Sabtu. Karena ada interval atau jarak mencapai 2 hari (contoh Jumat kembali lagi ke Senin ada 2 hari kosong) padahal biasanya selang 1 hari, maka ini akan menimbulkan risiko komplikasi.

Peneliti dari US Renal Data System (USRDS) dan University of Minnesota, menyimpulkan pasien lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena komplikasi jika memberikan interval atau jarak 2 hari antara sesi dialisis dibandingkan dengan jarak 1 hari.

"Hasil ini menunjukkan adanya hubungan antara interval 2 hari dari sesi dialisis dengan risiko kesehatan," ujar peneliti Dr Robert Foley, wakil direktur USRDS Coordinating Center seperti dikutip dari HealthDay, Kamis (22/9/2011).

Hemodialisis adalah salah satu bentuk dialisis yang paling umum, proses ini biasanya dilakukan pada orang yang fungsi ginjalnya tinggal 15 persen atau kurang. Perawatan ini menggunakan mesin untuk menghilangkan racun dan cairan berlebih dari darah.

Sebagian besar pasien melakukan dialisis 3 kali seminggu untuk sesi sekitar 4 jam, biasanya jadwalnya pada hari Senin, Rabu dan Jumat atau Selasa, Kamis dan Sabtu, jadi dalam 1 hari seminggu pasien memiliki jarak dialisis selama 2 hari.

Studi yang dilaporkan dalam New England Journal of Medicine ini melibatkan sekitar 32.065 pasien yang rata-rata berusia 62 tahun dan sedikitnya sudah melakukan dialisis selama 2 tahun.

Diketahui bahwa tingkat risiko terkena jantung lebih tinggi pada orang yang memiliki interval jarak dialisis 2 hari dibanding yang 1 hari, serta tingkat kematian akibat jantung juga tinggi.

Hal ini kemungkinan karena semakin lama menunggu waktu untuk menghilangkan kelebihan cairan atau kelainan elektrolit yang ada, mungkin berhubungan dengan kadar potasium yang tinggi sehingga berbahaya bagi jantung.



"Pesan dari studi ini adalah interval 2 hari yang panjang bisa menjadi titik risiko untuk gangguan jantung dan kemungkinan masuk rumah sakit. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah kita perlu memeriksa kembali jadwal dialisis 3 hari dalam seminggu?" ujar Dr. Martin Zand, seorang profesor kedokteran di divisi nefrologi di University of Rochester Medical Center di New York.

Dr Zand menuturkan pasien harus menanyakan pilihan dialisis lainnya pada dokter seperti dialisis peritoneal di rumah atau menambahkan waktu dialisis, atau dengan meminimalkan asupan cairan dan makanan yang asin serta tinggi kalium seperti pisang dan alpukat.

Dengan jarak interval 1 hari yang lebih aman maka penderita ginjal akan lebih baik melakukan cuci darah tanpa dijadwal hari tapi melihat selang 1 hari-nya saja.




Sumber : detik

Monday, September 19, 2011

Waspadalah.....Bintik Kuning di Mata Tanda Penyakit Jantung


Bercerminlah dan perhatikan mata Anda. Segera periksakan diri ke dokter jika terdapat garis atau bintik kuning di kulit sekitar kelopak mata. Itu karena garis tersebut bisa jadi penanda penyakit jantung.

Hal tersebut merupakan hasil  penelitian yang dilakukan tim dari University of Copenhagen, Denmark, dengan melibatkan lebih dari 12 ribu orang. Seseorang dengan kondisi yang juga dikenal sebagai xanthelasmata ini, cenderung mendapat serangan jantung atau meninggal dunia dalam waktu 10 tahun.

Bintik atau garis kuning merupakan endapan kolesterol, tidak menimbulkan rasa sakit ataupun mengganggu penglihatan. Tetapi banyak orang ke dokter kulit untuk bisa menyamarkan atau menghilangkannya. Menurut penelitian yang dipublikasi secara online di British Medical Journal, orang dengan xanthelasma harus memeriksakan ke dokter.

Seseorang dengan xanthelasmata berisiko 12 persen lebih besar mengalami penyakit jantung dibandingkan seseorang yang tidak mengalami kondisi ini. Bintik kuning di sekitar kelopak mata ini lebih bisa diandalkan sebagai tanda penyakit jantung pada wanita.

"Prevelensi xanthelasmata tidak jauh berbeda antara pria dan wanita. Tetapi, pada wanita tanda ini bisa jadi prediksi yang lebih baik dibandingkan pada pria," kata Profesor Anne Tybjaerg-Hansen dari University of Copenhagen, seperti dikutip dari Daily Mail.

Hal ini, menurut Anne, dapat menjelaskan fakta bahwa pria dan wanita memiliki faktor risiko yang sama dalam hal penyakit jantung.  Tim peneliti mengungkap, temuan ini secara jelas menemukan untuk pertama kalinya bahwa orang dengan xanthelasmata memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Studi ini juga menemukan garis warna putih atau abu-abu di sekitar kornea, yang dalam istilah medis dikenal sebagai arcus corneae, tidak terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Dalam penelitian ini, Profesor Anne mencatat riwayat kesehatan 12.745 responden dari 1976 hingga Mei 2009. Usia mereka antara 20 hingga 93 tahun dan tidak terkena penyakit jantung pada awal proyek penelitian.





Sumber : vivanews

Belajar Al-Qur'an Online

Murottal Al-Qur'an

Listen to Quran