Deteksi dini kanker paru sulit dilakukan, sebab seringkali tidak disertai gejala. Bahkan ketika sudah muncul gejala, sering dikira penyakit lain termasuk penyakit yang sepertinya tidak ada hubungannya dengan paru yakni nyeri punggung.
"Gejala kanker paru bisa berupa nyeri punggung kalau lokasi kankernya di bagian tepi jaringan paru," kata Prof Dr Wiwien H Wiyono, SpP(K), FCCP, ketua Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi (PIPKRA) ke-10 dalam jumpa pers di Hotel Borobudur, Jumat (10/2/2012).
Dijelaskan oleh Prof Wiwien, kanker paru yang ditandai dengan nyeri punggung biasanya sulit terdeteksi. Selain karena dikira hanya nyeri punggung biasa, hasil pemeriksaan foto rontgen terkadang juga tidak mampu mendeteksi adanya jaringan kanker.
Kanker paru yang ditandai dengan nyeri punggung biasanya berada di bagian tepi, atau bahkan tersembunyi di belakang jantung. Pada foto rontgen biasa, bayangan yang terbentuk akan tersamar oleh bayangan jantung dan organ lain yang menutupi sehingga kankernya sulit dideteksi.
"Kadang-kadang cuma dikerok karena dikira masuk angin. Tapi kalau nyeri punggungnya tidak hilang meski diobati dan penderitanya dicurigai punya risiko tinggi untuk terkena kanker, maka harus diperiksa lebih lanjut karena besar kemungkinannya nyerinya karena kanker," jelas Prof Wiwien.
Tidak adanya gejala pada stadium awal kanker paru lebih disebabkan karena hampir tidak ada saraf perasa nyeri di paru. Sehingga ketika ada tumor, baik jinak maupun ganas maka tidak selalu disertai rasa nyeri di bagian itu kecuali jika ukurannya sudah mulai membesar.
Gejala-gejala yang menyertai kanker paru umumnya baru muncul ketika ukurannya sudah mulai membesar, misalnya di atas 3 cm. Jika lokasi kankernya di bagian sentral atau pusat saluran napas, gejalanya adalah batuk sedangkan jika di bagian tepi maka gejalanya nyeri dada atau punggung.
Ketika sudah muncul gejala, kanker paru sebenarnya sudah mulai parah. Kanker paru bisa sembuh kalau masih bisa diangkat, sedangkan jika sudah terlalu parah maka akan diarahkan ke terapi paliatif mengingat peluang kesembuhan kanker paru paling rendah dibanding jenis kanker lainnya.
"Gejala kanker paru bisa berupa nyeri punggung kalau lokasi kankernya di bagian tepi jaringan paru," kata Prof Dr Wiwien H Wiyono, SpP(K), FCCP, ketua Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi (PIPKRA) ke-10 dalam jumpa pers di Hotel Borobudur, Jumat (10/2/2012).
Dijelaskan oleh Prof Wiwien, kanker paru yang ditandai dengan nyeri punggung biasanya sulit terdeteksi. Selain karena dikira hanya nyeri punggung biasa, hasil pemeriksaan foto rontgen terkadang juga tidak mampu mendeteksi adanya jaringan kanker.
Kanker paru yang ditandai dengan nyeri punggung biasanya berada di bagian tepi, atau bahkan tersembunyi di belakang jantung. Pada foto rontgen biasa, bayangan yang terbentuk akan tersamar oleh bayangan jantung dan organ lain yang menutupi sehingga kankernya sulit dideteksi.
"Kadang-kadang cuma dikerok karena dikira masuk angin. Tapi kalau nyeri punggungnya tidak hilang meski diobati dan penderitanya dicurigai punya risiko tinggi untuk terkena kanker, maka harus diperiksa lebih lanjut karena besar kemungkinannya nyerinya karena kanker," jelas Prof Wiwien.
Tidak adanya gejala pada stadium awal kanker paru lebih disebabkan karena hampir tidak ada saraf perasa nyeri di paru. Sehingga ketika ada tumor, baik jinak maupun ganas maka tidak selalu disertai rasa nyeri di bagian itu kecuali jika ukurannya sudah mulai membesar.
Gejala-gejala yang menyertai kanker paru umumnya baru muncul ketika ukurannya sudah mulai membesar, misalnya di atas 3 cm. Jika lokasi kankernya di bagian sentral atau pusat saluran napas, gejalanya adalah batuk sedangkan jika di bagian tepi maka gejalanya nyeri dada atau punggung.
Ketika sudah muncul gejala, kanker paru sebenarnya sudah mulai parah. Kanker paru bisa sembuh kalau masih bisa diangkat, sedangkan jika sudah terlalu parah maka akan diarahkan ke terapi paliatif mengingat peluang kesembuhan kanker paru paling rendah dibanding jenis kanker lainnya.
Sumber : Detik