Clock By Blog Tips

Wednesday, November 2, 2011

Waspadalah.....Sering Vertigo Bisa Picu Stroke



Sepertinya, vertigo dapat menjadi tanda atau gejala penyakit tertentu seperti stroke, tumor bahkan gangguan syaraf lainnya. Tidak hanya itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10 persen pasien stroke mengaku mengalami gejala awal pusing berputar (vertigo).

Vertigo atau kehilangan keseimbangan karena merasa sakit kepala luar biasa hingga dunia tampak berputar, bahkan kerap kali disertai dengan rasa mual dan muntah. Vertigo akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari ketika kambuh.

Dokter spesialis syaraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr M Kurniawan menjelaskan Vertigo penyebabnya macam-macam, salah satunya gangguan di sentral (otak kecil). Kalau gangguan di otak, paling banyak karena penyumbatan pembuluh darah di otak, yang disebabkan stroke.

"Keluhan vertigo akibat gangguan pada bagian sentral (stroke dan tumor) kasusnya tidak banyak dan hanya 20 persen saja," kata Dr Kurniawan di RS Asri Jakarta. Pasalnya, sambung Dr Kurniawan, sebagian besar keluhan vertigo lebih dibanyak dipicu karena adanya gangguan pada perifer (vertigo posisi).

“Vertigo itu gejala. Jadi kalau kita ingin menegakkan diagnosis kita harus lihat dua hal. Pertama gejala yang dirasakan pasien (keluhan). Kedua, tanda-tandanya lewat pemeriksaan fisik atau laboratorium,” ucapnya.

Dr Kurniawan menjelaskan, ada 3 (tiga) cara skrining stroke yang paling mudah, yakni dengan melihat keluhan paling umum. “Pertama pasien, diminta untuk senyum. Kalau bibirnya mencong, kita curiga dia stroke.”

Kedua, dengan mengangkat tangan. Kalau tangan yang sebelah lebih tinggi dari yang satunya berarti dia stroke separuh badan. Ketiga, dengan melihat gangguan bicara. Jika diajak bicara tidak nyambung, atau diajak ngomong nyambung tapi bicaranya cadel.

“Di luar 3 gejala itu, bisa jadi gejala awalnya justru vertigo. Meski sebagian besar gangguannya lumpuh sebelah badan, mulut mencong dan bicara cadel, tetapi bisa saja stroke datang dengan gejala vertigo, ” jelasnya.

Lebih jauh Dr Kurniawan menambahkan risiko seseorang mengalami gejala vertigo biasanya akan meningkat seiring bertambahnya usia. Bahkan, sejumlah penelitian menunjukkan, angka kejadian vertigo di atas usia 40 tahun mencapai 40 persen. Sementara pada anak-anak dan remaja, vertigo lebih disebabkan karena traumatik (benturan) baik itu ringan atau berat.

Melihat banyaknya pasien penderita vertigo yang belum mendapatkan penanganan maksimal membuat salah satu rumah sakit di Jakarta yakni RS Asri membuka klinik yang menangani pasien khusus penderita verigo.

"Pasien vertigo itu sudah pusing, jangan makin dibikin pusing karena dioper-oper dari satu dokter ke dokter lain. Dengan adanya Klinik Terpadu Vertigo pasien akan bisa didiagnosa melalui THT, saraf dan penyakit dalam," jelas dr Entjep Hadjar, Sp.THT, staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit THT FKUI, dalam acara Seminar Vertigo "Re-Balance Your Life" di RS Asri, Jakarta.

Menurut dr Entjep, vertigo paling banyak disebabkan oleh penyakit batuan kecil (debris) pada alat keseimbangan. Vertigo debris terjadi karena gangguan pada ruang berbentuk setengah lingkaran yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh.

Dulu, solusi untuk mengatasinya adalah dengan operasi pengeluaran batu endapan tersebut. Namun ternyata banyak terjadi komplikasi lantaran ruang setengah lingkaran (utrikulus) berada dalam tulang yang paling keras di dalam tubuh manusia.

Namun pengobatan vertigo debris saat ini sangat praktis, aman, dapat hilang dalam beberapa menit dan tanpa obat. Pengobatannya disebut dengan Canalith Repositioning Therapy (CRT), disertai dengan vibrasi yang berfungsi untuk mengurangi rasa pusing dan memudahkan reposisi kanan pada pasien. Terapi dianjurkan 2 kali seminggu walau pada kenyataannya banyak pasien sudah merasa sembuh dengan hanya dua kali terapi.

Dalam Klinik Terpadu Vertigo RS Asri pasien dapat berkonsultasi tentang berbagai hal menyangkut vertigo. Dokter akan mendiagnosa dan mengatasi vertigo melalui THT, saraf dan penyakit dalam, serta akan menentukan pemeriksaan yang tepat dan penalaksanaan yang seksama. 



Sumber : Inilah.com

Waspadalah.....Perasaan Kesepian Bisa Ganggu Kualitas Tidur


Sungguh menyedihkan hidup dalam kesepian. Disamping kurangnya dukungan sosial, hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian juga mengganggu waktu istirahat malam. Para peneliti mengatakan bahwa kurangnya tidur merupakan salah satu cara perasaan kesepian dapat mempengaruhi kesehatan.

Peneliti dari Universitas Chicago membandingkan tingkat kesepian 95 orang dewasa di pedesaan South Dakota, AS dengan hasil pengukuran siklus tidurnya. Tidak ada individu yang terisolasi secara sosial, namun persepsinya tentang kesepian bervariasi.

Skor kesepian yang lebih tinggi berkaitan dengan tingginya tingkat tidur yang terputus di malam hari. Jumlah total tidur dan kantuk di siang hari tidak mempengaruhi.

"Bukan hanya karena individu yang sangat kesepian menjadi kurang tidur. Hubungan antara kesepian dan kegelisahan tidur terjadi pada berbagai keterkaitan yang dirasakan," kata pemimpin penulis Lianne Kurina, PhD, dari Departemen Ilmu Kesehatan di Universitas Chicago seperti dikutip dari medicalxpress.com, Selasa (1/11/2011).

"Kesepian berkaitan dengan efek buruk terhadap kesehatan. Kami ingin menjelajahi teori bahwa tidur dapat dipengaruhi oleh perasaan kesepian. Kami menemukan bahwa kesepian tidak mengubah jumlah total tidur individu, tapi membangunkan indvidu lebih sering sepanjang malam," ujarnya.

Temuan ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya tahun 2002 yang diterbitkan oleh American Psychological Society yang membandingkan kesepian dengan kualitas tidur yang dilaporkan oleh siswa. Para siswa yang merasa kesepian lebih sering terganggu tidurnya di malam hari.

Kesamaan antara kajian ini membantu menunjukkan bahwa kesepian dan isolasi sosial adalah dua konsep yang berbeda. Peneliti berpendapat bahwa kesepian mencerminkan isolasi sosial yang dirasakan atau perasaan menjadi orang buangan, yaitu kesenjangan antara hubungan yang diinginkan dengan hubungan sosial sebenarnya yang sering terasa menyakitkan.

"Kita semua nampaknya bergantung pada perasaan aman dalam lingkungan sosial untuk dapat tidur nyenyak. Hasil dari penelitian ini bisa memberi pemahaman yang lebih jauh mengenai bagaimana faktor-faktor sosial dan psikologis mempengaruhi kesehatan," pungkas Kurina.



Sumber : Detik

Belajar Al-Qur'an Online

Murottal Al-Qur'an

Listen to Quran