Pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim juga mendorong terjadinya gangguan kesehatan kulit. Karena itu, perlindungan kulit dari sinar ultraviolet matahari harus menjadi prioritas.
Hal itu dikemukakan Rosemarie Orborne, P&G Principal Scientist, Rabu (25/5) dalam ”22nd World Congress of Dermatology (WCD)” di Seoul, Korea Selatan. WCD merupakan kongres empat tahunan dari International League of Dermatological Societies (ILDS) dan menjadi tempat berbagi hasil penelitian terkait perkembangan kesehatan kulit.
”Gangguan kesehatan kulit terutama dipengaruhi oleh sinar ultraviolet. Karena itu, perlindungan kulit makin penting. Formula yang dibutuhkan terus berkembang sehingga efektif melindungi kulit,” kata Orborne.
Menurut Orborne, pihaknya bekerja sama dengan kelompok petani di sejumlah negara untuk menyediakan bahan baku. ”Tidak hanya berkontribusi terhadap upaya mengurangi dampak pemanasan global, hal itu juga memberi keuntungan bagi petani,” katanya.
Presiden ILDS Jean Hilaire Saurat mengatakan, ILDS memiliki misi untuk mendorong dan mengembangkan penelitian- penelitian yang berguna untuk kesehatan kulit. ”IDLS menjalin hubungan dengan Organisasi Kesehatan Dunia untuk mendorong tercapainya kulit yang sehat bagi seluruh masyarakat dunia. Gerakan tersebut dicapai dengan memaksimalkan organisasi penyakit kulit di 102 negara, serta 28 komunitas lain yang memiliki 100.000 anggota,” kata Saurat.
Presiden Korean Dermatological Association Hee Chul-eun mengatakan, setelah 122 tahun berjalan, WCD baru dua kali diselenggarakan di Asia. ”Ini bukan saja momentum bagi Korea, tetapi juga Asia untuk menunjukkan langkah besar yang telah disumbangkan masyarakat Asia terhadap pengembangan kesehatan kulit dan penanganan masalah penyakit kulit,” katanya.
Kompas