Jakarta, Berciuman dengan pasangan terbukti bisa meredakan stres, menenangkan jiwa dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Tapi jika kondisi badan tidak sehat, berciuman malah bisa berbuah menjadi bencana.
Saat berciuman, kadang terjadi pertukaran saliva (air liur) antar kedua orang tersebut. Hal ini ternyata bisa menimbulkan infeksi mononuecleosis atau dikenal dengan kissing disease.
Infeksi mononuecleosis ini disebabkan oleh virus Epstein-Barr dan Cytomegalovirus (CMV). Virus ini menyebar melalui cairan tubuh seperti air liur, lendir atau air mata.
Saat berciuman, kadang terjadi pertukaran saliva (air liur) antar kedua orang tersebut. Hal ini ternyata bisa menimbulkan infeksi mononuecleosis atau dikenal dengan kissing disease.
Infeksi mononuecleosis ini disebabkan oleh virus Epstein-Barr dan Cytomegalovirus (CMV). Virus ini menyebar melalui cairan tubuh seperti air liur, lendir atau air mata.
Kissing Disease, nama resmi penyakit ini adalah Infectious Mononucleiosis |
Sebagian besar penularan penyakit adalah melalui ciuman, sehingga sering disebut dengan kissing disease. Makan dengan menggunakan sendok dan garpu yang sama, minum dari gelas yang sama serta berbagi sikat gigi juga bisa menularkan infeksi mononuecleosis.
Infeksi mikroba lain yang menyebar melalui air liur dengan menempel pada permukaan bagian dalam dari pipi dan mulut, lidah atau gigi, contohnya adalah bakteri Streptococcus, yang dapat menyebabkan berbagai infeksi, termasuk penyakit gusi dan sakit tenggorokan.
Dilansir mayoclinic, Selasa (28/12/2010), berikut beberapa gejala yang ditimbulkan dari kissing disease:
- Demam tinggi
- Sakit tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar
- Amandel
- Merasa lemah dan lesu
Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini adalah orang-orang muda, tapi tak jarang anak-anak pun bisa mengalaminya.
Namun jika terjadi pada anak-anak biasanya tidak menunjukkan gejala atau gejala yang timbul sangat ringan. Orang-orang yang telah terinfeksi biasanya tidak menunjukkan gejala selama 4-8 minggu setelah terpapar.
Virus ini akan melewati air liur dan masuk ke dalam sel epitel bagian luar mulut dan tenggorokan, kondisi ini memungkinkan virus untuk berkembang biak dan menginfeksi sel-sel darah putih yang disebut dengan sel B.
Infeksi virus pada sel B menyebabkan penyebaran virus di seluruh getah bening, sistem kelenjar dan limpa (dikenal dengan sistem lymphoreticular).
Beberapa komplikasi dapat terjadi karena infeksi mononuecleosis ini, antara lain pembesaran limpa, gangguan hati, anemia makin parah, penurunan jumlah trombosit yang mempengaruhi pembekuan darah (trombositopenia) dan gangguan sistem saraf.
Yang perlu diingat, permukaan saluran pernapasan (hidung, mulut dan tenggorokan) kontinu dan terdiri dari jaringan yang sama. Akibatnya, mikroba yang ditemukan dalam air liur umumnya dapat ditemukan juga di bagian lain dari saluran pernapasan, termasuk hidung dan tenggorokan.
Oleh karena itu, selain menyebabkan infeksi mononuecleosis berciuman dengan orang yang tidak sehat juga dapat menyebabkan penyakit lain, seperti dilansir About.com antara lain herpes oral dan flu Singapura atau Hand Foot and Mouth Disease (HFMD).
Penyebaran mikroba menular melalui air liur dapat terjadi ketika ketahanan alami di mulut berkurang. Sebagai contoh, infeksi gusi dapat terjadi pada orang dengan kekurangan vitamin C, sedangkan sariawan disebabkan oleh infeksi ragi Candida, lebih cenderung terjadi pada orang yang telah minum antibiotik.
Tapi sariawan tidak menular. Berbeda dengan virus herpes oral dan HFMD, sariawan tidak memiliki asal penyakit menular dan tidak dapat menyebar melalui air liur atau berciuman
detik
No comments:
Post a Comment