Clock By Blog Tips

Wednesday, March 2, 2011

Waspadalah.....Penyakit Gangguan Makan yang Aneh


Pernahkah Anda melihat orang yang makan makanan aneh seperti tanah, pasir, kapur, puntung rokok, lampu, bulu bahkan kotoran binatang. Bisa jadi orang itu menderita Pica, penyakit pola makan yang aneh.


Pica biasa terjadi pada anak-anak, ibu hamil dan orang dewasa. Penderita Pica biasanya mengonsumsi makanan yang tidak masuk akal. Pica sering terjadi pada anak-anak dan juga orang dewasa.

Sebanyak 10 hingga 32 persen anak-anak usia 1-6 tahun punya kebiasaan makan yang aneh ini. Tak hanya anak-anak, Pica juga bisa terjadi pada ibu hamil, terutama yang mengalami gangguan psikologis. Pica juga terjadi pada orang dewasa yang sedang diet, ketagihan tekstur tertentu pada mulutnya atau yang punya masalah sosial atau ekonomi.

Penyebabnya hingga kini masih belum diketahui dengan jelas. Tapi beberapa peneliti menduga kurangnya zat besi dan anemia memicu pola makan tersebut. Penderita Pica biasanya sering makan tanah, pasir, daun, batu, kapur, puntung rokok, lampu, pensil, besi, es, cat, tanah liat, bulu binatang, lumpur bahkan kotoran binatang.


Penyakit Pica tidak ada tanda maupun gejalanya. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes darah guna mengetahui kandungan besi dan seng. Meskipun anak-anak memang sering memasukkan semua benda ke dalam mulutnya, tapi orang tua harus waspada dan curiga jika hal itu menjadi kebiasaan.

Untuk menyembuhkan penderita Pica, dibutuhkan penanganan secara keseluruhan, meliputi pendidikan perilaku yang benar, lingkungan yang mendukung dan pendekatan keluarga. Pemberian hukuman juga cukup efektif untuk mengatasi penderita Pica. Penderita Pica butuh sosok terapis, psikolog atau psikiater yang bisa mengatasi masalah psikologisnya.

Penggunaan obat-obatan hanya diperlukan jika penderita Pica sudah mengalami gangguan atau penyakit mental. Pada beberapa kasus, ketidaknormalan pola makan ini biasanya hilang beberapa bulan dan sembuh dengan sendirinya. Namun pada kasus lainnya, penyakit ini bisa bertahan hingga usia remaja atau dewasa, apalagi jika sudah mengalami gangguan mental.

Komplikasi yang sering terjadi diantaranya yaitu infeksi, masalah pencernaan, keracunan dan malnutrisi.

Beberapa budaya percaya bahwa dengan memasukkan benda apapun ke dalam mulut akan menghasilkan kekuatan magis ke dalam tubuhnya. Beberapa studi memang menunjukkan bahwa anak-anak yang makan tanah liat lebih baik dalam mengatasi gejala morning sickness pada saat dewasa.

Mengenal lebih dekat apa itu Pica ?
  • Pica adalah pengunyahan substansi yang tidak boleh dimakan, seperti rambut, serangga, atau potongan cat (di tembok) dan secara langsung mempengaruhi anak yang sangat muda dan mereka yang menderita retardasi mental.
  • Seorang bayi atau anak-anak yang memakan substansi yang tidak boleh dimakan dan tidak bernutrisi dalam perode 1 bulan atau lebih lama dapat memiliki masalah yang lebih serius (Linscheid & Murphy, 1999)
  • Anak-anak penderita pica tetap tertarik untuk memakan makanan biasa (normal), namun mereka tetap mengkonsumsi benda yang tidak boleh dimakan
  • Gangguan ini berawal selama masa bayi dan berakhir dalam beberapa bulan, pada saat ia memutuskan untuk tidak emlakukannya lagi atau dengan bantuan yaitu dengan menambahkan stimulasi pada bayi dan meningkatkan kondisi lingkungan.
  • Pada individu dengan retardasi mental, pica dapat berlangsung sampai masa remaja sebelum akhirnya berkurang secara gradual.
Prevalensi dan perkembangan
  • Pica lebih umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang berada di suatu institusi, terutama orang dengan kerusakan parah dan retardasi mental (Matson & Bamburg, 1999)
  • Di antara anak-anak dan orang dewasa dengan ketidakmampuan intelektual, kelaziman pica memiliki range dari 0,3 %-14,4% dalam komunitas, dan 9%-25% dalam institusi (Ali, 2001).
  • Derajad keparahan berkaitan dengan derajad deprivasi lingkungan dan retardasi mental pada penderitaan individu yang didapat dari bentuk pica yang lebih ekstrim.
Penyebab dan perlakuan
  • Menurut sejarah, pica seringkali dipicu oleh trend dan tekanan social yang serupa dengan yang mempengaruhi body image dan penampilan sekarang.
  • Selama abad 18 dan 19, para gadis seringkali memakan limau, batu bara, cuka, dan kapur, karena substansi ini dipercaya dapat menghasilkan warna kulit pucat yang sedang trend waktu itu (Parry-Jones & Parry-Jones, 1994).
  • Pica dapat muncul selama 1 atau 2 tahun kehidupan.
  • Penderita pica secara tipikal memiliki stimulasi yang kurang pada lingkungan rumah mereka dan juga kurang diawasi.
  • Karena resiko keracunan atau penghalanagn dalam usus mereka, pica dapat menjadi sangat serius dan merupakan masalah substansial untuk kelompok bayi dan anak-anak tersebut (Linscheid & Murphy, 1999;Woolston, 1991)
  • Peneliti mencurigai dan pada beberapa kasus menemukan bahwa kekurangan vitamin atau mineral diantara penderita pica, walaupun tidak ada abnormalitas biologis spesifik yang menunjukkan hubungan sebab-akibat dengan gangguan ini (Vyas & Chandra, 1984)
  • Tidak ada bukti, kecuali pada kasus retardasi mental, dimana factor genetic memainkan peranan pada etiologi dari gangguan ini.
  • Pica pada masa kanak-kanak membentuk factor resiko untuk perkembangan bulimia di masa remaja.
  • Kebanyakan intervensi klinis untuk anak penderita pica menekankan prosedur operant conditioning, dimana perawat ditunjukkan bagaimana me-reinforce anak untuk tingkah laku yang diharapkan seperti mengeksplor kamar atau bermain dengan objek.
  • Bentuk positif dari perhatian, termasuk tersenyum, tertawa, dan mengelitik, menyediakan stimulasi tambahan dan menguntungkan, karena gangguan ini sering berkaitan dengan interaksi yang tidak cukup baik dengan perawat (L. burke & smith, 1999). Perawat juga diajarkan untuk menjaga lingkungan anak tetap rapid an memindahkan atau menyimpan substansi berbahaya dengan aman.



detik & psychemate.blogpsot

No comments:

Post a Comment

Belajar Al-Qur'an Online

Murottal Al-Qur'an

Listen to Quran