Emosi dan suasana hati dipengaruhi oleh status hidrasi atau keseimbangan cairan tubuh. Saat tubuh kehilangan banyak cairan dan kurang diimbangi dengan banyak minum, emosi sulit dikendalikan sehingga orang menjadi mudah tersinggung dan marah-marah.
Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan 2 ahli saraf dari University of Connecticut, Lawrence E Armstrong dan Harris R Lieberman. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2009 ini melibatkan 26 pria dan 25 wanita sehat yang disuruh berolahraga 3x40 menit dalam ruangan bersuhu 28 derajat celcius.
Para partisipan dikondisikan untuk tidak banyak minum, meski aktivitas yang dilakukan membuat tubuhnya sangat berkeringat. Tingkat hidrasi para partisipan diukur tiap jeda istirahat, lalu dibandingkan dengan status kejiwaan dan kemampuan berpikirnya yang diukur lewat psikotes.
Kemampuan berpikir tampak mengalami penurunan seiring makin banyaknya cairan tubuh yang hilang melalui keringat. Pada tingkat dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh 1,5 persen pada pria dan 1,3 persen pada wanita, kemampuan mengingat dan menjaga konsentrasi berkurang cukup signifikan.
Sementara itu, dampak dari berkurangnya cairan tubuh juga teramati pada status mental dan kejiwaan. Pada level hidrasi tersebut, baik pria maupun wanita mulai merasakan letih pikiran, bingung, gelisah dan mudah terserang stres.
Dosen ilmu gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Saptawati Bardosono, MSc atau biasa dipanggil dr Tati mengatakan gejala itu merupakan dampak dehidrasi ringan. Dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan tubuh kurang dari 10 persen.
"Makanya kalau rekan kerja mulai marah-marah, sarankan saja untuk minum. Mungkin dia hanya kurang minum," kata dr Tati dalam jumpa pers bertema "Waspada Dampak Dehidrasi Ringan Terhadap Kinerja, Kognitif dan Mood" di Hotel Le Meredien Jakarta, Rabu (9/2/2011).
Meski hanya berdampak pada pikiran dan status mental kejiwaan, dampak dehidrasi ringan bisa mengurangi produktivitas. Seseorang yang mengalami dehidrasi ringan menjadi tidak produktif karena mudah panik, gelisah, tersinggung dan marah-marah.
Pada level ini, dehidrasi belum menimbulkan gejala klinis seperti pusing, sakit kepala maupun kejang-kejang. Gejala klinis tersebut baru akan muncul jika dehidrasi dibiarkan terus menerus tanpa ada penanganan.
Dehidrasi yang fluktatif atau kumat-kumatan juga berdampak pada status mental kejiwaan. Menurut dr Tati, dehidrasi fluktiatif bisa menyebabkan halusinasi (mendengar suara-suara aneh), delusi (melihat hal-hal aneh) dan kehilangan kemampuan untuk memusatkan perhatian.
Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan 2 ahli saraf dari University of Connecticut, Lawrence E Armstrong dan Harris R Lieberman. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2009 ini melibatkan 26 pria dan 25 wanita sehat yang disuruh berolahraga 3x40 menit dalam ruangan bersuhu 28 derajat celcius.
Para partisipan dikondisikan untuk tidak banyak minum, meski aktivitas yang dilakukan membuat tubuhnya sangat berkeringat. Tingkat hidrasi para partisipan diukur tiap jeda istirahat, lalu dibandingkan dengan status kejiwaan dan kemampuan berpikirnya yang diukur lewat psikotes.
Kemampuan berpikir tampak mengalami penurunan seiring makin banyaknya cairan tubuh yang hilang melalui keringat. Pada tingkat dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh 1,5 persen pada pria dan 1,3 persen pada wanita, kemampuan mengingat dan menjaga konsentrasi berkurang cukup signifikan.
Sementara itu, dampak dari berkurangnya cairan tubuh juga teramati pada status mental dan kejiwaan. Pada level hidrasi tersebut, baik pria maupun wanita mulai merasakan letih pikiran, bingung, gelisah dan mudah terserang stres.
Dosen ilmu gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Saptawati Bardosono, MSc atau biasa dipanggil dr Tati mengatakan gejala itu merupakan dampak dehidrasi ringan. Dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan tubuh kurang dari 10 persen.
"Makanya kalau rekan kerja mulai marah-marah, sarankan saja untuk minum. Mungkin dia hanya kurang minum," kata dr Tati dalam jumpa pers bertema "Waspada Dampak Dehidrasi Ringan Terhadap Kinerja, Kognitif dan Mood" di Hotel Le Meredien Jakarta, Rabu (9/2/2011).
Meski hanya berdampak pada pikiran dan status mental kejiwaan, dampak dehidrasi ringan bisa mengurangi produktivitas. Seseorang yang mengalami dehidrasi ringan menjadi tidak produktif karena mudah panik, gelisah, tersinggung dan marah-marah.
Pada level ini, dehidrasi belum menimbulkan gejala klinis seperti pusing, sakit kepala maupun kejang-kejang. Gejala klinis tersebut baru akan muncul jika dehidrasi dibiarkan terus menerus tanpa ada penanganan.
Dehidrasi yang fluktatif atau kumat-kumatan juga berdampak pada status mental kejiwaan. Menurut dr Tati, dehidrasi fluktiatif bisa menyebabkan halusinasi (mendengar suara-suara aneh), delusi (melihat hal-hal aneh) dan kehilangan kemampuan untuk memusatkan perhatian.
detik
No comments:
Post a Comment