Seperti dikutip dari Times of India, simpulan studi itu didapat melalui analisa data, yang dikumpulkan dari penelitian nasional Amerika Serikat terhadap 30 ribu orang dewasa.
Studi menemukan bahwa mereka yang memiliki pola tidur sembilan jam atau lebih sehari memiliki risiko 1,5 kali terserang penyakit jantung, dibandingkan mereka yang memiliki pola tidur tujuh jam sehari.
Sementara, mereka berusia kurang 60 tahun yang memiliki kebiasaan tidur lima jam atau kurang setiap hati memiliki risiko mengidap penyakit kardiovaskuler tiga kali lipat dibandingkan mereka yang memiliki kebiasaan tidur selama tujuh jam sehari.
Menurut peneliti, durasi tidur pendek dikaitkan dengan penyakit angina pektoris atau lebih dikenal dengan angin duduk. Sedangkan durasi tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak dikaitkan dengan serangan jantung dan stroke.
Namun, peneliti tidak dapat menunjukkan detail hubungan antara durasi tidur dan risiko serangan jantung. Mereka hanya mengatakan bahwa durasi tidur memengaruhi fungsi endokrin dan metabolisme. Kurang tidur memicu gangguan toleransi glukosa, mengurangi sensitivitas insulin dan tekanan darah tinggi. Semua itu meningkatkan risiko pengerasan pembuluh darah.
Lewat hasil penelitian ini, Shankar menyarankan dokter untuk memerhatikan perubahan durasi tidur pasien yang berisiko terkena penyakit jantung. Selain itu, pertimbangan inisiatif kesehatan publik juga harus difokuskan pada peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
VIVAnews
Visit :
Interesting | Militerania
No comments:
Post a Comment