Kian hari, jalanan Jakarta kian berubah layaknya adagium homo homini lupus. Manusia satu saling memakan manusia lainnya. Hal ini terbukti dari trend pengendara dengan mudahnya menodongkan pistol ke kepada pengendara lainnya karena saling berebut jalan.
Sedikitnya, ada 4 alasan mengapa trend ini semakin marak. " Yang pertama adalah kelambanan dan ketidakpaduan Polri dalam menangani kasus-kasus serupa menjadikan kepercayaan publik semakin terkikis," kata psikolog forensik, Reza Indragiri Amril kepada detikcom, Jumat, (10/12/2010).
Kedua, masyarakat membutuhkan rasa aman yang besar akibat keresahan sosial yang semakin tinggi. Seringnya kerusuhan, tawuran, tindakan anarkhis dan aksi main hakim sendiri membuat masyarakat semakin merasa tidak aman dengan tempat terbuka. " Alhasil, muncullah alasan yang ketiga, yaitu masyarakat mengandalkan dirinya sendiri untuk memenuhi rasa aman tersebut. Meski dengan pistol tersebut. Karena mereka sudah tidak percaya lagi dengan institusi resmi," ujar ahli yang khusus mempelajari perilaku kejahatan tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, aksi ala koboi menimpa pengendara sepeda motor, Deni (34), yang di todong pistol oleh pengendara sedan di Jalan Arteri Pondok Indah kemarin. Kejadian ini merupakan aksi kobi jalanan di Jakarta yang kesekian kalinya.
" Akhirnya, masyarakat menggunakan bahasa mereka sendiri. Konon, mereka berpikir ini untuk menegakkan hukum serta menciptakan rasa aman. Walau sejatinya, tindakan ini melanggar hukum itu sendiri. Dalam bahasa kami ini namanya kondisi Vigilantisme," tutup Reza yang aktif mengajar di Universitas Bina Nusantara (Ubinus) ini.
Kejadian ala koboi ini sering terjadi di Jakarta. Sebelum menimpa Deni, pengendara mobil BMW seri X-5 sempat memukul petugas bus TransJakarta karena tidak diperbolehkan melintasi jalur busway. Pengendara BMW tersebut memukul petugas menggunakan popor pistol di Jalan Mampang Raya beberapa waktu lalu.
Sebelum itu, seorang pengendara sepeda motor, Ahmad Sabran warga Jagakarsa juga mengalami hal serupa. Seorang pengendara mobil nyaris menodongkan pistol akibat ditegur Sabran karena membikin macet di Jalan Kemang Raya.
Sedikitnya, ada 4 alasan mengapa trend ini semakin marak. " Yang pertama adalah kelambanan dan ketidakpaduan Polri dalam menangani kasus-kasus serupa menjadikan kepercayaan publik semakin terkikis," kata psikolog forensik, Reza Indragiri Amril kepada detikcom, Jumat, (10/12/2010).
Kedua, masyarakat membutuhkan rasa aman yang besar akibat keresahan sosial yang semakin tinggi. Seringnya kerusuhan, tawuran, tindakan anarkhis dan aksi main hakim sendiri membuat masyarakat semakin merasa tidak aman dengan tempat terbuka. " Alhasil, muncullah alasan yang ketiga, yaitu masyarakat mengandalkan dirinya sendiri untuk memenuhi rasa aman tersebut. Meski dengan pistol tersebut. Karena mereka sudah tidak percaya lagi dengan institusi resmi," ujar ahli yang khusus mempelajari perilaku kejahatan tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, aksi ala koboi menimpa pengendara sepeda motor, Deni (34), yang di todong pistol oleh pengendara sedan di Jalan Arteri Pondok Indah kemarin. Kejadian ini merupakan aksi kobi jalanan di Jakarta yang kesekian kalinya.
" Akhirnya, masyarakat menggunakan bahasa mereka sendiri. Konon, mereka berpikir ini untuk menegakkan hukum serta menciptakan rasa aman. Walau sejatinya, tindakan ini melanggar hukum itu sendiri. Dalam bahasa kami ini namanya kondisi Vigilantisme," tutup Reza yang aktif mengajar di Universitas Bina Nusantara (Ubinus) ini.
Kejadian ala koboi ini sering terjadi di Jakarta. Sebelum menimpa Deni, pengendara mobil BMW seri X-5 sempat memukul petugas bus TransJakarta karena tidak diperbolehkan melintasi jalur busway. Pengendara BMW tersebut memukul petugas menggunakan popor pistol di Jalan Mampang Raya beberapa waktu lalu.
Sebelum itu, seorang pengendara sepeda motor, Ahmad Sabran warga Jagakarsa juga mengalami hal serupa. Seorang pengendara mobil nyaris menodongkan pistol akibat ditegur Sabran karena membikin macet di Jalan Kemang Raya.
detiknews
No comments:
Post a Comment